BAHAN BAKAR
Dibuat oleh :
NAMA : ADIKA ABDUL ROHMAN
S.
NIM : 10509134030
KELAS : D2
JURUSAN
TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
I. PENGERTIAN BAHAN BAKAR
Bahan bakar
adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan
bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi.
Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut
akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk
melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis
bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa
dipakai adalah logam radioaktif.
II.
JENIS-JENIS BAHAN BAKAR
1. Berdasarkan materinya
·
Bahan bakar
padat
Bahan bakar padat merupakan bahan
bakar berbentuk padat, dan kebanyakan menjadi sumber energi panas. Misalnya
kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan
air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi.
·
Bahan bakar
cair
Bahan bakar yang berbentuk cair,
paling populer adalah bahan bakar minyak atau BBM. Selain bisa digunakan untuk memanaskan air
menjadi uap, bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan
bakar cair seperti Bensin bisa
dibakar dalam karburator dan
menjalankan mesin.
·
Bahan bakar
gas
Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni
Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG. CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG
adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang
digunakan untuk kompor rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang
biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.
2.
Berdasarkan
materinya
·
Bahan bakar
tidak berkelanjutan
Bahan bakar
tidak berkelanjutan bersumber pada materi yang diambil dari alam dan bersifat
konsumtif. Sehingga hanya bisa sekali dipergunakan dan bisa habis keberadaannya
di alam. Misalnya bahan bakar berbasis karbon seperti produk-produk olahan
minyak bumi.
·
Bahan bakar
berkelanjutan
Bahan bakar berkelanjutan bersumber
pada materi yang masih bisa digunakan lagi dan tidak akan habis keberadaannya
di alam. Misalnya tenaga matahari.
III. BAHAN
BAKAR PADAT ( BATUBARA )
Pada hal ini
bahan bakar yang kita bahas adalah batu bara.
1. Klasifikasi Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama
yakni antracit, bituminous, dan lignit. Antracit merupakan batubara tertua jika
dilihat dari sudut pandang geologi, yang merupakan batubara keras, tersusun
dari komponen utama karbon dengan sedikit kandungan bahan yang mudah menguap
dan hampir tidak berkadar air. Lignit merupakan batubara termuda dilihat dari
pandangan geologi. Batubara ini merupakan batubara lunak yang tersusun terutama
dari bahan yang mudah menguap dan kandungan air dengan kadar fixed carbon yang
rendah. Fixed carbon merupakan karbon dalam keadaan bebas, tidak
bergabung dengan elemen lain. Bahan yang mudah menguap merupakan bahan batubara
yang mudah terbakar yang menguap apabila batubara dipanaskan.
2.
Sifat
Fisik dan Kimia Batubara
Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar
air, bahan mudah menguap dan abu. Sifat kimia batubara tergantung dari
kandungan berbagai bahan kimia seperti karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur.
Nilai kalor batubara beraneka ragam dari tambang
batubara yang satu ke yang lainnya.
3. Analisis batubara
Terdapat
dua metode untuk menganalisis batubara: analisis ultimate dan analisis proximate.
Analisis ultimate menganalisis seluruh elemen komponen batubara, padat
atau gas dan analisis proximate meganalisis hanya fixed carbon,
bahan yang mudah menguap, kadar air dan persen abu. Analisis ultimate harus
dilakukan oleh laboratorium dengan peralatan yang lengkap oleh ahli kimia yang
trampil, sedangkan analisis proximate dapat dilakukan dengan peralatan
yang sederhana.
IV. BAHAN BAKAR CAIR ( MINYAK BUMI )
Minyak
bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum
– minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental,
coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas
dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari
campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam
penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
1. Komposisi
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan
oleh proses distilasi, yang
kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.
Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10
(butana) - semuanya
adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan
-0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7
semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut,
cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya.
Rantai dari C6H14 sampai C12H26
dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai
di wilayah C10
Minyak pelumas dan gemuk
setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di
antara C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20
berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan
atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
·
Minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
·
Minyak ringan: 60
- 100 °C (bahan bakar mobil)
·
Minyak
berat: 100 - 150 °C (bahan bakar
mobil)
·
Minyak tanah
ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan
bahan bakar untuk rumah tangga)
·
Kerosene: 150 -
250 °C (bahan bakar mesin jet)
·
Minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
·
Minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
·
Sisanya: tar, aspal, bahan bakar
residu
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa
minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi
berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi.
Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.
2. Bahan Bakar hasil pengolahan minyak bumi
Hasil
pengolahan minyak bumi merupakan bahan bakar dan dapat kita golongkan kedalam
beberapa kelompok; gas-gas hidrokarbon ringan, bensin (gasoline), kerosin,
bahan bakar pesawat jet dan minyak diesel, minyak bakar dan produk-produk
lainnya, perhatikan bagan 1.1.
Bagan 1.1.
Hasil pengolahan minyak bumi
Gas hidrokarbon ringan merupakan
senyawa paraffin dengan titik didih normal <30oC pada tekanan 1
atmosfer berwujud gas, seperti metana (CH4), etana (C2H6), propane (C3H8),
dan n-butana (C4H10).
Propane dan butane biasanya dicairkan untuk dijual sebagai LPG (Liquefied
Petroleum Gases) bahan bakar rumah tangga.
Produk utama pengolahan minyak bumi
awalnya adalah Bensin yang merupakan campuran kompleks dari ratusan hidrokarbon
dan memiliki rentang pendidihan antara 30-200oC. Bensin adalah bahan
bakar alat transportasi darat (mobil).
Kerosin, bahan bakar pesawat jet dan
minyak diesel rentang titik didih yang mirip. Kerosin disebut juga dengan
minyak tanah dan digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, memiliki rentang
titik antara 175-275o C.
Bahan bakar pesawat jet memiliki dua
daerah rentang titik didih, yang pertama antara 175-290o C di
pergunakan untuk keperluan sipil, dengan kadar aromatik maksimum 20% volum.
Sedangkan untuk keperluan militer rentang didihnya antara 65-290 oC
dengan kadar aromat maksimum 25% volum.
Minyak diesel adalah bahan bakar
untuk mesin diesel sering disebut dengan solar. Minyak diesel memiliki rentang
titik didih antara 175-340o C. Sedangkan untuk mesin diesel kereta
api rentang titik didihnya antara 180-370o C.
Produk minyak bakar dibagi dalam lima
jenis yaitu minyak bakar no. 1, no. 2, no. 4, no. 5 dan no. 6. Minyak bakar no.
1 sangat mirip kerosin tetapi memiliki rentang titik akhir pendidihan lebih
tinggi. Minyak bakar no. 2 adalah minyak diesel untuk industry sangat mirip
dengan minyak diesel otomotif.
Minyak bakar no. 1 dan no. 2 serta
kerosin, bahan bakar pesawat jet dan minyak diesel biasa disebut sebagai BBM
distilat (distillate fuels).
Minyak bakar no. 4, no. 5 dan no. 6
dikenal dengan BBM residu, merupakan hasil sisa destilasi minyak bumi. Minyak
bakar no. 4 adalah yang paling ringan di antara ketiganya. Minyak bakar no. 5
masih berupa cairan pada suhu di atas 10 oC sedangkan minyak bakar no. 6 harus
dipanaskan terlebih dahulu untuk bisa mencair.
Produk-produk lain dari proses
pengolahan minyak bumi, masih sangat bermanfaat seperti minyak pelumas, waxes
(lilin), greases (gemuk), aspal dan kokas.
3. Kegunaan
Di Indonesia, minyak
bumi yang diolah banyak digunakan sebagai Bahan Bakar Minyak atau BBM,
yang merupakan salah satu jenis bahan bakar yang
digunakan secara luas di era industrialisasi.
Ada beberapa jenis BBM yang dikenal
di Indonesia, di antaranya adalah:
·
Minyak tanah rumah
tangga
·
Minyak tanah
industri
·
Pertamax
Racing
·
Pertamax
·
Pertamax Plus
·
Premium
·
Bio Premium
·
Bio Solar
·
Pertamina DEX
·
Solar transportasi
·
Solar
industri
·
Minyak diesel
·
Minyak bakar
4.
Sifat Bahan Bakar Cair
a.
Densitas
Densitas
didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhadap volum bahan bakar
pada suhu acuan 15° C. Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut hydrometer.
Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan kuantitatif dan
pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kg/m3.
b. Specific
gravity
Didefinisikan
sebagai perbandingan berat dari sejumlah volum minyak bakar terhadap berat air
untuk volum yang sama pada suhu tertentu. Densitas bahan bakar, relatif
terhadap air, disebut specific gravity. Specific gravity air
ditentukan sama dengan 1. Karena specific gravity adalah perbandingan,
maka tidak memiliki satuan. Pengukuran specific gravity biasanya
dilakukan dengan hydrometer. Specific gravity digunakan dalam
penghitungan yang melibatkan berat dan volum.
c.
Viskositas
Viskositas suatu
fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Viskositas tergantung
pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan Stokes / Centistokes.
Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt atau Redwood. Tiap
jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu – viskositas tersendiri. Pengukuran viskositas
dilakukan dengan suatu alat yang disebut Viskometer.
d.
Titik Nyala
Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana
bahan bakar dapat dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila
dilewatkan suatu nyala api. Titik nyala untuk minyak tungku/ furnace oil adalah
66° C.
e.
Titik Tuang
Titik tuang
suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar akan tertuang atau mengalir
bila didinginkan dibawah kondisi yang sudah ditentukan. Ini merupakan indikasi yang
sangat kasar untuk suhu terendah dimana bahan bakar minyak siap untuk
dipompakan.
f.
Panas Jenis
Panas
jenis adalah jumlah kKal yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 kg minyak
sebesar 10C. Satuan panas jenis adalah kkal/kg0C.
Besarnya bervariasi mulai dari 0,22 hingga 0,28 tergantung pada specific
gravity minyak. Panas jenis menentukan berapa banyak steam atau energi
listrik yang digunakan untuk memanaskan minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak
ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan minyak yang lebih berat
memiliki panas jenis yang lebih tinggi.
g.
Nilai Kalor
Nilai
kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan., dan diukur sebagai
nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/ nett
calorific value. Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari
uap air yang dihasilkan selama proses pembakaran.
Nilai kalor
kotor/. gross calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang
dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya terembunkan/ terkondensasikan.
Nilai kalor netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan
tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan nilai
kalor netto.
h.
Sulfur
Jumlah
sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung pada sumber minyak mentah dan
pada proses penyulingannya. Kandungan normal sulfur untuk residu bahan bakar
minyak (minyak furnace) berada pada 2 - 4 %.
Kerugian
utama dari adanya sulfur adalah resiko korosi oleh asam sulfat yang terbentuk selama
dan sesudah pembakaran, dan pengembunan di cerobong asap, pemanas awal udara dan
economizer.
i.
Kadar Abu
Kadar
abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan bakar minyak. Kadar
abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki kadar abu
yang tinggi. Garam-garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa sodium,
vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll.
Umumnya,
kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang berlebihan dalam bahan
bakar cair dapat menyebabkan pengendapan kotoran pada peralatan pembakaran. Abu
memiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan kerusakan pada
refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi dan
penyumbatan peralatan.
j.
Residu Karbon
Residu
karbon memberikan kecenderungan pengendapan residu padat karbon pada permukaan
panas, seperti burner atau injeksi nosel, bila kandungan yang mudah
menguapnya menguap. Residu minyak mengandung residu karbon 1 persen atau lebih.
k. Kadar
Air
Kadar
air minyak bumi pada saat pemasokan umumnya sangat rendah sebab produk
disuling dalam kondisi panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai standar.
Air
dapat berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan dapat menyebabkan kerusakan
dibagian dalam permukaan tungku selama pembakaran terutama jika mengandung
garam terlarut. Air juga dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung burner,
yang dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau memperlama penyalaan.
V. BAHAN BAKAR GAS
Bahan bakar gas merupakan bahan
bakar yang sangat memuaskan sebab hanya memerlukan sedikit handling dan
sistim burner nya sangat sederhana dan hampir bebas perawatan. Gas dikirimkan
melalui jaringan pipa distribusi sehingga cocok untuk wilayah yang berpopulasi tinggi
atau padat industri. Walau begitu, banyak pemakai perorangan yang besar
memiliki penyimpan gas, bahkan beberapa diantara mereka memproduksi gasnya
sendiri.
1. Jenis-Jenis
Bahan Bakar Gas
Berikut adalah
daftar jenis-jenis bahan bakar gas:
§ Bahan
bakar yang secara alami didapatkan dari alam:
- Gas
alam
- Metan
dari penambangan batubara
§ Bahan
bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat
- Gas
yang terbentuk dari batubara
- Gas
yang terbentuk dari limbah dan biomasa
- Dari
proses industri lainnya (gas blast furnace)
§ Gas
yang terbuat dari minyak bumi
- Gas Petroleum cair (LPG)
- Gas hasil penyulingan
- Gas dari gasifikasi minyak
§ Gas-gas
dari proses fermentasi
Bahan bakar bentuk gas yang biasa
digunakan adalah gas petroleum cair (LPG), gas alam, gas hasil produksi, gas blast
furnace, gas dari pembuatan kokas, dll. Nilai panas bahan bakar gas
dinyatakan dalam Kilokalori per normal meter kubik (kKal/Nm3) ditentukan pada
suhu normal (20 0 C) dan
tekanan normal (760 mm Hg).
2.
Sifat-Sifat
Bahan Bakar Gas
Karena hampir
semua peralatan pembakaran gas tidak dapat menggunakan kadungan panas dari uap
air, maka perhatian terhadap nilai kalor kotor (GCV) menjadi kurang. Bahan
bakar harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto (NCV). Hal ini benar
terutama untuk gas alam, dimana kadungan hidrogen akan meningkat tinggi karena
adanya reaksi pembentukan air selama pembakaran.
3. LPG
LPG terdiri dari campuran utama propan dan Butan
dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilene) dan
beberapa fraksi C2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang
terdapat dalam LPG adalah propan (C3H8), Propilen (C3H6), normal dan iso-butan
(C4H10) dan Butilen (C4H8).
LPG merupakan
campuran dari hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir,
namun dapat diembunkanmenjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang
cukup besar. Walaupun digunakan sebagai gas, namun untuk kenyamanan dan
kemudahannya, disimpan dan ditransport dalam bentuk cair dengan tekanan
tertentu. LPG cair, jika menguap membentuk gas dengan volum sekitar 250 kali.
Uap LPG lebih berat dari udara: butan beratnya
sekitar dua kali berat udara dan propan sekitar satu setengah kali berat udara.
Sehingga, uap dapat mengalir didekat permukaan tanah dan turun hingga ke
tingkat yang paling rendah dari lingkungan dan dapat terbakar pada jarak
tertentu dari sumber kebocoran. Pada udara yang tenang, uap akan tersebar
secara perlahan. Lolosnya gas cair walaupun dalam jumlah sedikit, dapat
meningkatkan campuran perbandingan volum uap/udara sehingga dapat menyebabkan
bahaya. Untuk membantu pendeteksian kebocoran
ke atmosfir, LPG biasanya ditambah bahan yang berbau. Harus tersedia ventilasi
yang memadai didekat permukaan tanah pada tempat penyimpanan LPG. Karena alasan
diatas, sebaiknya tidak menyimpan silinder LPG di gudang bawah tanah atau lantai
bawah tanah yang tidak memiliki ventilasi udara.
4. Gas
Alam
Metan merupakan
kandungan utama gas alam yang mencapai jumlah sekitar 95% dari volum total.
Komponen lainnya adalah: Etan, Propan, Pentan, Nitrogen, Karbon Dioksida, dan
gasgas lainnya dalam jumlah kecil. Sulfur dalam jumlah yang sangat sedikit juga
ada. Karena metan merupakan komponen terbesar dari gas alam, biasanya sifat
metan digunakan untuk membandingkan sifat-sifat gas alam terhadap bahan bakar
lainnya.
Gas alam
merupakan bahan bakar dengan nilai kalor tinggi yang tidak memerlukan fasilitas
penyimpanan. Gas ini bercampur dengan udara dan tidak menghasilkan asap atau
jelaga. Gas ini tidak juga mengandung sulfur, lebih ringan dari udara dan
menyebar ke udara dengan mudahnya jika terjadi kebocoran.
VI. PRINSIP-PRINSIP
PEMBAKARAN
1.
Proses pembakaran
Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar
disertai dengan produksi panas, atau panas dan cahaya. Pembakaran sempurna
bahan bakar terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang cukup.
Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen
bumi paling umum yang jumlahnya mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat
atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas
untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar
pada keadaan normal jika terdapat udara yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan
nitrogen, dan sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai
pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang
dibutuhkan untuk pembakaran.
Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara
menyerap panas dari pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen
juga mengurangi transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga
meningkatkan volum hasil samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui
alat penukar panas sampai ke cerobong.
Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen
(terutama pada suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen
(NOx), yang merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan
bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan
sulfur dioksida, melepaskan panas masing-masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan
2.224 kkal. Pada kondisi tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen
membentuk karbon monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg
karbon). Karbon terbakar yang membentuk CO2 akan menghasilkan lebih
banyak panas per satuan bahan bakar daripada bila menghasilkan CO atau asap.
Setiap kilogram
CO yang terbentuk berarti kehilangan panas 5654 kKal (8084 – 2430).
2.
Pembakaran Tiga T ( Pembakaran Sempurna )
Tujuan
dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh panas yang terdapat dalam bahan
bakar. Hal ini dilakukan dengan pengontrolan “tiga T” pembakaran yaitu :
(1) Temperature
Suhu
yang cukup untuk menyalakan dan menjaga penyalaan bahan bakar,
(2) Turbulence
Turbulensi
atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik,
(3) Time
Waktu
yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.
Gambar 1.1. Pembakaran yang sempurna, yang baik dan
tidak sempurna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar